Kamis, 19 Juni 2014

Percakapan Singkat Di Ujung Pulau

Suatu sore yang indah..

“apa kau akan menunggunya disini sampai dia mendatangimu”
“ya aku akan menunggunya,walaupun aku tau itu menyakitkan hatiku”
“lalu kenapa kau tidak pergi saja,kan belum tentu dia akan datang kepadamu dengan membawa kebahagian”
“bukan itu yang aku takutkan”
“lalu..??”
“aku hanya takut dia tidak bahagia jika ku tinggalkan”
“jaminan apa dia tidak bahagia saat kau tinggalkan”
“kau bisa tatap matanya,disana ada kejujuran yang disembunyikan rapat-rapat dalam batinnya. Dan kau perhatikan setiap ucapannya,pasti ada kata tertahan di lidahnya”
“hmm.. kalau begitu mengapa kau tidak mendatanginya saja”
“sudah sering bahkan setiap menit aku berada disampingnya”
“dia tidak menganggapmu..??”
“bukan.. dia terlalu rapuh untuk melihatku berdiri disampingnya,aku tidak ingin dia menjadi orang lemah”
“serapuh itukah dia..?? aku yakin dia membutuhkanmu disetiap waktunya,walau hanya sekedar berbagi sedikit kekesalannya”
“aku tidak tau,setiap ku datangi yang ada hanya lamunan malam dalam sepinya dia”
“sepedih itukah jalan hidupnya..?? oh pasti dia pernah membuatmu terluka”
“yaa kau memang terluka,tapi ada hal yang aku sadari sekarang setelah dia tidak bisa melihatku lagi”
“apa..??”
“ketulusan itu terasa,bukan disaat keramaian. Tapi disaat dia sedang sendiri,gelap dan sepi. Ketulusan itu yang menemaninya”
“apakah kau merasakan hal itu seperti kau tau dia merasakan ketulusan itu disaat malam”
“aku merasakannya,disetiap dia meminta kepada Tuhan. Setidaknya dia bisa memilikiku walau hanya dalam fikirannya”
“hmm.. semoga dia sanggup melangkah esok hari,meskipun itu tidak mudah”

“semoga..”

diapun pergi dan takkan kembali..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar