Rabu, 25 Juni 2014

Vioris Bukan Fairish part IV

Mereka sampai disalah satu booth foto di festival itu,Marcell mengajak Vio berfoto dengan menggunakan pakaian Jepang dan Korea. Vio canggung saat mengenakan pakaian Jepang,apalagi untuk berfoto dengan Marcell. Marcell tersenyum manis saat berfoto dengan Vio,jujur saja Marcell mengakui kecantikan Vio tanpa make up di foto tersebut. Selesai berfoto-foto mereka melanjutkan perjalanan keliling festival tersebut.
“Vi,lo mau pulang gak..??”
“iya niih,kaki gue juga udah pegel. Balik aja yuk”
“nyari oleh-oleh dulu deh,gue mau beli sesuatu”
“hmm.. ya udah cepetan,kaki gue sakit”
“iya sebentar kok,kan deket dari pintu keluar standnya”
“bagus lah kalo begitu,yuk ah cepetan”
Mereka pergi menuju pintu keluar,tetapi sebelumnya mereka manpir ke salah satu stand di dekat pintu keluar.
“Cell ini lucu banget,hmm banyak barang lucu”
“lo mau beli apa..??”
“gak kok,dah lo mau beli apa..??”
“bentar ya,gue tanya SPGnya dulu”
“oh ok,gue tunggu disini aja sambil mau liat-liat”
Marcell bergegas menghampiri SPG di stand tersebut,stand tersebut belum terlalu ramai karena kunjungan di batasi hanya bagi mereka yang mendapatkan promosi dari sponsor acara.
“mbak,kemaren kan saya udah pesen ya. Barangnya mana ya..??”
“oh mas yang kemaren pesen pernak pernik sama jaket ya,sebentar ya saya ambilkan dulu” ujar SPG tersebut
SPG tersebut mengambil barang pesanan Marcell di bawah meja kasir,sedang asyik menunggu barang pesanannya diambil Marcell melihat-lihat anting yang dipajang di sudut stand. Dilihatnya anting tersebut,lucu dan manis. Tiba-tiba Vio mengagetkannya yang sedang melihat anting-anting tersebut.
“hayoo.. lagi ngapain”
“ih elo tuh,enggak. Nih gue lagi liat anting,lucu deh. Coba deh lo pake”
“kan belom dibayar,masa iya gue pake”
“gak dipasang juga,caranya nih begini aja” sambil mempraktekkan menempelkan anting tersebut ke telingan Vio
“gue liat di kaca dulu ya” ucap Vio sembari bergegas pergi ke kaca untuk melihatnya
“gimana,lucu kan Vi..??”
“iya lucu,gue mau beli ah”
“itu satu set lho Vi. Ada kalung,gelang sama cincinnya. Lo mau beli..??”
“harganya berapa ya Cell”
“mas ini pesanannya” seru SPG
“oh iya mbak,sebentar. Yuk sambil tanya harganya berapa”
Marcell dan Vio menghampiri kasir,Vio masih menggenggam anting tersebut.
“mbak,aksesoris ini berapa harganya” tanya Vio
“oh itu yang satu set ya mbak,yang disebelah sana kan..??”
“iya yang disebelah sana”
“coba saya cek kode barangnya dulu,bisa saya lihat mbak”
“oh iya ini”
Petugas kasir tersebut mencek kode barang aksesoris yang ditanyakan Vio.
“oh ini harganya dua ratus lima puluh mbak”
“hmm dua ratus lima puluh ya” ucap Vio lesu sembari pergi kembali meletakkan anting tersebut ke tempatnya
“mbak,itu saya aja yang bayar. Masukin jadi satu sama barang pesanan saya,kan yang disana warna merah saya minta yang warna putih ada kan. Jadi harganya berapa..??”
“ada mas,harganya jadi satu juta”
“hmm nih” sembari memberi kartu debitnya
Selesai dengan urusan barang pesanan dan aksesoris satu set,mereka pulang.
                Selama perjalanan mereka kembali saling diam,tanpa membuka pembicaraan sedikitpun. Terasa dingin saat itu,seakan ada tembok tinggi diantara mereka. Vio hanya bernyanyi sepanjang perjalanan pulang saat mendengar lagu yang diputar di radio. Setelah hampir dua jam menempuh perjalanan,mereka sampai di depan rumah Vio.
“Ok kita udah nyampe,maaf ya gue bawa lo maen sampe jam tujuh begini”
“iihh biasa aja kali Cell,thanks lho udah ngajak gue jalan-jalan. Gue tunggu fotonya”
“oh iya,ni makanan lo. Ketinggalan entar jauh dong gue baliknya”
“hahaha,iya sampe lupa. Ok deh gue masuk dulu,hmm lo juga besok jangan lupa ibadah. Gue tau lo badung kalo masalah ibadah”
“ok ok,bye Vi”
“bye”
Marcell melaju dengan kendaraannya,sedangkan Vio masuk ke dalam rumah.
                “Vio pulang” ucap Vio sambil membuka pintu
“ciieee yang dianterin cowok,keren lho dek cowoknya. Kok mbak gak pernah liat dia ya” celetuk Dephien
“hiih apa sih mbak,orang dia temen ku kok”
“halah,kayaknya Vio punya calon tuh om” celetuk Fadhli
“biar lah,kan jadi cepet nyusul kamu orang” jawab Papa
“tuh kan papa,anak sendiri aja gak dibelain”
“oh iya Vi,kok temennya gak disuruh mampir dulu” sahut mama
“kalian nih,berkomplotan buat ngejek aku”  sembari pergi ke dapur
Mama,papa,Fadhli dan Dephien tertawa melihat Vio ngambek dengan segala cemberutnya. Di dapur mbak Ine juga ikutan menggoda Vio.
“ciieee non Vio,bentar lagi dapur yang nunggu non Vio deh”
“apa sih mbak Ine,oh iya mbak. Mau gak..?? aku tadi beli waktu ke festival”
“apa ini non..?? kok mentah semua..??”
“sushi.. bukan susi similikiti weleh weleh”
“hahaha,non ini lah ada-ada aja lho”
“dah tuh buat mbak Ine aja,jangan bagi ke mas Fadhli atau siapapun”
“iya non,terima kasih ya non”
Vio kembali ke kamarnya,meninggalkan mbak Ine yang sedang girang diberi sushi maklum lah Vio termasuk jarang jajan diluar.
                Selama di kamar,Vio membayangkan aktifitasnya saat di festival tadi. Dari makan sushi,berfoto dengan busana Jepang dan Korea hingga membeli sepatu kets. Dan astaga..!! paper bagnya tertinggal di mobil Marcell.
“aduh kenapa paper bag gue ketinggalan di mobil Marcell. Oh no..!!”
Vio mencari ponselnya dan segera menghubungi Marcell untuk menanyakan apakah paper bagnya tertinggal di mobilnya.
“halo..”
“halo,Cell ni gue Vio”
“iya gue tau, ada apaan..?? mau tanya paper bag”
“iyaa”
“ada,besok gue bawain. Dah dulu ya,gue mau tidur. See you tomorrow,nite”
Sambungan telpon langsung terputus,Vio masih terbengong di tempat tidurnya mendengar secepat itu Marcell berbicara. Selesai dari bengongnya,Vio langsung bergegas tidur karena sudah merasa lelah beraktifitas seharian.
                Keesokan harinya,masih saja Vio digoda sang papa tentang Marcell. Sang mama hanya geleng-geleng kepala melihat ulah usil suaminya kepada anaknya.
“Vio,kemarin siapa sih. Kok gak disuruh mampir sih,kan papa pingin tau pacar kamu”
“hiihh papa keponya mulai deh,dia tu temen sekelas pa. kebetulan aja kemarin aku diajak main sama dia”
“kata mbak Dephien ganteng banget ya” ucap mama
“gak ma,cantik banget tau” jawab Vio kesal
“hehehehehe,kamu tuh gak bisa diajak becanda deh”
Tiba-tiba ponsel Vio berdering,dan di layar LCDnya terpampang nama Marcell. Vio segera minggir dari meja makan dan menuju taman belakang rumah.
“halo kenapa Cell”
“gue anterin abis ke gereja ya,lo gak pergi kemana-mana kan..??”
“gue sih kayaknya dirumah,tapi gak tau kalo nanti siang. Tapi kalo lo jelas mau kesininya jam berapa gue bisa aja sih nungguin”
“hmm.. gimana ya,yang namanya pemberkatan kan pasti lama. Dan pestanya sekalian di gereja,apa lo yang kesini aja”
“tau kan seberapa keras bokap gue,dah lah lo aja yang kesini,gue gak bakal diizinin dateng ke gereja”
“ya udah,gue kerumah lo sekarang”
“haaa..!!! sekarang”
“iya lah,kenapa..?? lo belom mandi yaa”
“enak aja,emang elo. Ya udah cepetan anterin paper bag gue yang isinya sepatu kets itu. Gue mau pake waktu nonton off airnya Mooi Meisje”
“lo suka grup itu juga. Kalo gue sukanya sama Knappe Man,lo pasti tau deh”
“iya gue tau,tu kan versi cowoknya. Gue udah dapet tiket off air mereka”
“gue juga,ya udah gue anter pas mau nonton aja. Kita berangkat bareng”
Astaga..!! tu anak ya,bikin gue makin sakit “kita liat aja besok ya”
“ok..!! eh udah dulu ya,gue mau berangkat ke gereja dulu,dan lo jangan lupa sholat”
“iya berisik lo”

Sambungan telpon terputus tiba-tiba,dan Vio kembali kaget karena suara telpon terputus. Vio kembali ke meja makan,tatapan mama dan papanya memasang muka menggoda kepo abg. Vio langsung membuka piring dan mengambil nasi dan memulai sarapannya.

Kamis, 19 Juni 2014

Percakapan Singkat Di Ujung Pulau

Suatu sore yang indah..

“apa kau akan menunggunya disini sampai dia mendatangimu”
“ya aku akan menunggunya,walaupun aku tau itu menyakitkan hatiku”
“lalu kenapa kau tidak pergi saja,kan belum tentu dia akan datang kepadamu dengan membawa kebahagian”
“bukan itu yang aku takutkan”
“lalu..??”
“aku hanya takut dia tidak bahagia jika ku tinggalkan”
“jaminan apa dia tidak bahagia saat kau tinggalkan”
“kau bisa tatap matanya,disana ada kejujuran yang disembunyikan rapat-rapat dalam batinnya. Dan kau perhatikan setiap ucapannya,pasti ada kata tertahan di lidahnya”
“hmm.. kalau begitu mengapa kau tidak mendatanginya saja”
“sudah sering bahkan setiap menit aku berada disampingnya”
“dia tidak menganggapmu..??”
“bukan.. dia terlalu rapuh untuk melihatku berdiri disampingnya,aku tidak ingin dia menjadi orang lemah”
“serapuh itukah dia..?? aku yakin dia membutuhkanmu disetiap waktunya,walau hanya sekedar berbagi sedikit kekesalannya”
“aku tidak tau,setiap ku datangi yang ada hanya lamunan malam dalam sepinya dia”
“sepedih itukah jalan hidupnya..?? oh pasti dia pernah membuatmu terluka”
“yaa kau memang terluka,tapi ada hal yang aku sadari sekarang setelah dia tidak bisa melihatku lagi”
“apa..??”
“ketulusan itu terasa,bukan disaat keramaian. Tapi disaat dia sedang sendiri,gelap dan sepi. Ketulusan itu yang menemaninya”
“apakah kau merasakan hal itu seperti kau tau dia merasakan ketulusan itu disaat malam”
“aku merasakannya,disetiap dia meminta kepada Tuhan. Setidaknya dia bisa memilikiku walau hanya dalam fikirannya”
“hmm.. semoga dia sanggup melangkah esok hari,meskipun itu tidak mudah”

“semoga..”

diapun pergi dan takkan kembali..

Rabu, 18 Juni 2014

Puisi Di Ujung Jalan

Masih sanggup menatapnya dalam setiap mimpi
Masih sanggup tersenyum dalam getirnya kenyataan
Tapi ada perasaan terenyuh yang menyiksa
Membuat air mata menetes seketika

Sekuat apa hatimu menerima kenyataan itu
Sesanggup apa kau melangkah dalam langkah tertatih
Jika kau tinggal jiwamu dalam sudut hati yang sunyi
Sudut hati yang gelap,dingin dan menyakitkan

Tariklah nafas mu perlahan,nikmati dan lepaskan
Adakah beban di hatimu yang masih mengganjal
Beban yang masih membuatmu menangis setiap malam
Beban yang masih kau sembunyikan dari dunia

Berdirilah sayang,dunia ini terlalu luas untuk kau tinggalkan
Tataplah mentari senja itu,yakinkan dirimu sendiri
Aku bahagia dalam bayang jiwamu
Bayang yang akan mengikuti setiap langkah kakimu

Melangkahlah dengan keyakinanmu itu
Jangan menoleh kebelakang walau hanya sekejap mata
Ku tahu kakimu terasa berat saat melewatinya
Tapi ini jalan terbaik yang Tuhan berikan

Kau ku nanti di ujung jalan yang memisahkan kita
Ujung jalan yang menghubungkan kehidupan dan kematian
Aku dapat melihatmu dalam setiap waktumu
Tapi ku tahu kau tak dapat menatapku

Aku masih duduk manis disini,di ujung jalan itu
Membawa mawar putih yang akan ku berikan kepadamu
Akan ku sambut kau dengan senyumku sesuai permintaanmu
Bukan air mata yang kau larang dulu


*in memoriam 16-18 April 2012

Selasa, 17 Juni 2014

Masih Ada Pelangi Setelah Badai

bukan secepat apa kau bangkit dari keterpurukan
bukan sehebat apa kau membuktikan mampu move on
bukan sebahagia apa kau berhasil lolos dari dirinya
tapi seberhasil apa kau mampu mengikhlaskannya

mungkin kau merasa sendiri dalam sudut malam
tapi tidakkah kau tahu ada sepasang mata yang memperhatikanmu
meratapi wajah sendumu dengan harapan yang tak tergapai
hanya mampu kecewa dalam kabut duka

dia menatapmu dalam kesedihan yang sangat mendalam
dia ingin memeluk dan membelai rambutmu saat kau menangis
tapi dia tak bisa menyentuhmu saat ini
yang dia lakukan hanya menatapmu dalam kesedihan jua

kau hebat,sangat hebat
masih mampu melalui hari-hari menyakitkan ini
tanpa dia yang selalu membuatmu tersenyum
yang selalu membuat harimu berwarna setiap saat

masih ada pelangi sayang di setiap badai
masih ada mentari sesudah malam
kau masih memiliki kekuatan
kekuatan meyakini semua dapat kau lalui

tersenyumlah,dan buat dia bahagia dengan dunia barunya
dia butuh hidup,kau pun jua begitu
kalian sangat melengkapi satu sama lain
walaupun berbeda tempat dan dunia

duka itu akan berterbangan bersama bunga dendalion yang kau tiup
rindu itu terbawa untaian dandelion yang terlepas
jalan bahagianya di atas bahagia hidupmu detik ini
yang penuh syukur masih memilikinya walau tak dapat kau genggam

angin,dandelion,dan pelangi
membawa ketenangan dalam batinmu
karena kau percaya masih ada pelangi di hidupmu
setelah badai besar itu berlalu dari hidupmu

*24 Januari





Kamis, 12 Juni 2014

Viorish Bukan Fairish part III

“lho bagus dong,berarti dia berbakat. Anaknya dateng tuh,nanti aja lanjutinnya” ucap papa sembari memasang muka biasa saja
“mama sama papa ada koalisi apa nih,pasti ngomongin Vio ya” ucap Vio sembari memicingkan mata
“heh kamu tuh,udah telat datang ke meja makan. Nuduh orang pula” ucap papa dengan logatnya yang sangat menakutkan
“ya elah papa,Vio kan cuma nebak. Oh ya pa lusa Vio tanding antar SMA. Papa sama mama dateng ya,please”
“iya,terus kapan kita makan malamnya sayang Vio” tawar papa
“hehehe,iya pa. mari kita makan”
“mbak Ine panggil gih,kita makan bareng” ucap Mama
“ok siap boss” ucap Vio sembari pergi menuju dapur untuk memanggil mbak Ine
“mbak Ine,dipanggil mama tuh”
“ada apa ya non,ada yang kurang..??”
“udah ayo ke meja makan,dipanggil mama tuh”
“iya non”
Mbak Ine dan Vio berjalan kembali ke meja makan,mama dan papa sudah menunggu mereka berdua. Vio duduk di sebelah kanan papanya,sedangkan mbak Ine masih saja berdiri di belakang Vio.
“mbak Ine sini,duduk samping aku. Kita makan bareng” ucap Vio
“aduh non,gak usah. Mbak makan di dapur aja”
“udah duduk sini,kita makan. Kan kita udah nganggep mbak keluarga,masa makan begini mbak malah memisahkan diri” celoteh Vio
Sejenak mbak Ine ragu untuk duduk di sebelah anak majikannya tersebut,tetapi melihat anggukan sama dari Nyonyanya dia langsung duduk di samping Vio. Mereka menikmati makan malam bersama,ditengah hujan yang tak terasa turun diam-diam. Sang papa hanya dapat tersenyum melihat polah tingkah Vio,sang mama benar Vio terlahir berbeda dengan Fai.
                Makan malam mereka telah selesai. Mbak Ine,mama dan Vio sibuk membereskan piring-piring yang ada di meja makan. Entah mengapa sang mama menganggap Vio hari ini berubah,merasa ada yang berbeda dari anaknya ini. Vio terlihat sangat senang saat makan malam tadi,senyumnya terlihat lagi setelah satu minggu yang lalu ada perselisihan dengan sang papa. Bahkan salad buah yang dibuatkan mbak Ine habis tak tersisa,biasanya semua makanan tidak pernah habis.
                Setelah selesai membantu mbak Ine membereskan meja makan,Vio langsung kembali ke kamar untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Di dalam kamar,Vio hanya menyalakan lampu belajarnya saja. Kamarnya yang terkesan jauh dari kata “cewek” membuat siapapun orang yang masuk ke dalam kamarnya merasa betah. Ketika asyik menuliskan jawaban dari tugas-tugasnya,tiba-tiba pintu kamar Vio diketuk.
“masuk” ucap Vio
“lagi belajar apa Vi..??” tanya mama sambil menyalakan lampu kamar
“oh mama,ini nih tugas geografi. Ada apa ma..??”
“gak ada apa-apa,mama Cuma pingin liat kamar kamu aja. Rasanya gak percaya,tujuh tahun yang lalu mama sama papa hanya menata ruangan ini dan sekarang ruangan ini seperti ruang yang sangat fleksibel. Sepertinya kamu betah ya di kamar ini”
“iya ma,aku tuh gak suka kamarku ramai oleh barang-barang yang warna membuat mataku sakit. Lagi pula,kamarku ini kan sengaja dibuat begini agar kenyamanan para pengunjung terjamin”
“hahahaha,kamu tuh ada-ada aja deh Vi. Kamar udah kayak restoran”
“ya habisnya,mama tuh tanyanya aneh-aneh. Gak biasanya,udah deh ngaku aja ada apa maen ke kamar Vio”
“iya deh iya,mama Cuma mau tanya”
“tanya apa ma...??” tanya Vio langsung memutar kursi belajarnya
“kok kamu jadi serius sih”
“yee mama,aku tuh lagi kebanyakan tugas niih. Semakin hal yang mama tanyakan segera di ungkapkan,semakin cepat juga biaya listrik kamarku turun”
“aduuuhhh,anak mama kok kritis banget mikirnya. Tapi janji ya gak marah kalo mama tanyakan hal ini ke kamu”
“janji” ucap Vio sembari mengangkat dua jarinya
“ada hubungan apa kamu sama mas Ino..??”
“temen ma,emang kenapa..??”
“yakin temen..?? mbak Ine tadi siang dapet bucket bunga mawar masih seger banget dari Ino,katanya buat Vio”
“mama bohong ah,kita kan saudara ma..” ucap Vio membela diri
“iya mama tau,tapi kan hati manusia siapa yang tau”
“tapi mama gak lapor ke papa kan..??”
“ya enggak lah,emang mama mau kamu di pindahkan ke Surabaya”
“syukurlah,aku selesaikan dulu tugasku. Nanti kita bicarakan ini lagi bisa kan ma”
“ok.. yang penting mama sudah dapet jawaban yang benar”
“terima kasih ya ma” ucap Vio sembari memeluk mama
“iya sama-sama,dah selesaikan dulu tugasnya. Nanti kita ngobrol lagi” ucap mama sambil melepas pelukan Vio
Mama keluar dari kamar Vio,sedangkan Vio gusar bukan main mengetahui tindakan Ino yang sudah keterlaluan. Konsentrasinya buyar ketika mengingat ada sebucket bunga mawar yang masih segar diantar ke rumahnya siang tadi. Dengan tergesa-gesa,Vio mengerjakan tugasnya dan berharap jawabannya hanya sepuluh persen yang salah.
                Selesai mengerjakan tugasnya,Vio bergegas mengambil ponselnya yang tergeletak di meja lampu tidurnya. Ia berusaha menghubungi mas Fadhli,biasanya dia otak dibalik aksi gila Ino.
“halo mas”
“iya kenapa Vi..??”
“aku mau tanya,lagi sibuk gak kamunya”
“enggak,mau tanya apa toh. Kok serius banget” ucap mas Fadhli dengan logat medoknya
“mas Ino tuh kenapa lah,mama tanya nih sama aku”
“oh yang itu toh,lah aku fikir bukan buat kamu lho dek”
“aaaahhhh Vio gak demen deh kalo begini,bisa dimarahin papa akunya”
“weeee sabar dulu toh,lah wong mas aja gak tau kalo ide itu bertujuan ke kamu. Nanti mas tegur dia,wes wes ojo nesu-nesu”
“bener ya,tak tunggu janjimu”
“iya cah ayu”
“ya udah,aku mau nemuin mama dulu. Dah dulu ya mas,makasih ya”
“iya,sama-sama”
Vio mematikan telponnya,dan bergegas ke ruang keluarga untuk menemui mamanya. Tapi ternyata,ada Ino sedang mengobrol asyik dengan papa. Vio langsung berbalik arah kembali menuju kamarnya lagi. Sayang sekali,sang papa lebih dulu melihat Vio dan memanggilnya untuk menemani Ino mengobrol di ruang keluarga. Tapi bukannya turun dan bergabung mengobrol,Vio malah melanjutkan langkahnya menuju kamar dan segera mengunci pintu.
                Didalam kamar,Vio malah berteriak histeris tak karuan. Teriak frustasi karena ada yang salah mengartikan perhatiannya,jujur saja Vio tidak ingin lagi berangkat kembali ke sekolah esok hari. Tiba-tiba pintu kamar Vio diketuk.
“Vio,buka pintunya nak”
Vio mengenali pemilik suara tersebut,dengan perlahan-lahan Vio membuka pintu kamarnya.
“ada apa ma..??” tanya Vio dingin
“kamu gak kenapa-kenapa kan..??”
“Vio kenapa-kenapa. Semester depan Vio minta pindah ke Palembang” ucap Vio ketus
“lho lho,kamu ni kenapa sih. Lah wong masalah sepele begini kamunya kok uring-uringan kayak mau dinikahin”
“hiiiihhh mama lho,mau tah anaknya nikah sama saudaranya sendiri”
“yo gak iso yoo,mama gak setuju” mendadak logat medok mama keluar
“hiiih ya udah bilangin mas Ino jangan bersikap begitu lagi,ingetno nek aku karo de’e sedulur” jawab Vio menggunakan bahasa Jawa sekenanya
“iya iya,nanti mama bilangin”
Vio menutup pintu kamarnya dan bergegas tidur,berharap hal itu hanya mimpi.
                Keesokan harinya,Vio sudah bersiap berangkat menuju sekolah. Baru saja keluar dari kamarnya,Ino sudah duduk di meja makan. Vio menghela nafas,dan kembali ke kamarnya dengan membanting keras pintu kamarnya. Mbak Ine yang sedang menata makanan di meja makan menjadi kaget. Papa Vio langsung menuju kamar anaknya,tanpa ba bi bu lagi dimarahinya Vio. Pintu kamar sedikit terbuka dan sangat terdengar jelas suara papa Vio memarahi Vio. Mama Vio bergegas menuju kamar Vio ketika mendengar pertengkaran Vio dan papanya.
“apa toh pa..?? ada tamu kok kamunya malah marahin anak pagi-pagi”
“anakmu ini kenapa..?? orang mau diajak berangkat sekolah bareng sama Ino malah marah gak jelas”
“anakmu tuh sudah SMA,bukan anak TK. Kok ya kamu tuh maksa bener anakmu bareng sama Ino toh” ucap mama dengan logatnya
“mama sama papa tuh sama aja tau gak,dah Vio berangkat sekolah sendiri” ucap Vio sembari keluar kamar
“Vio.. Vio..!!” panggil papa
Vio berangkat menuju sekolahnya dengan naik kendaraan umum,dilangkahkan kakinya dengan cepat. Sambil menahan tangis,Vio berlari secepat mungkin dari komplek rumahnya. Lumayan lama Vio menunggu angkutan umum yang menuju ke sekolahnya,tiba-tiba Marcell lewat di depan Vio.
“Vi,mau bareng gak..?? nanti lo telat kalo nunggu angkot”
“gak deh,sebentar lagi ada kok”
“heh..!! tau gak lo kalo angkot tuh datengnya gak konsisten. Udah ayo bareng,dari pada dihukum guru piket”
“ummbbb iya deh iya,maaf ya ngerepotin”
Akhirnya Vio ikut bersama Marcell menuju sekolah,sepanjang perjalanan mereka sama-sama diam. Marcell sebenarnya ingin mengajak Vio mengobrol,tetapi dilihat dari raut wajah Vio seperti ada masalah yang membebani.
“kok tumben lo mau naik angkot,bokap kemana..??”
“tau tuh,gue lagi senep sama orang. Eh kita bolos yuk”
“hah..!! gak ah,kalo abis pulang sekolah gue mau”
“yaahh gue bete banget niih,kemana kek gitu”
“nanti aja,hari ini kan kita pulang lebih awal Vi”
“emang ya..?? gue lupa kalo hari ini kita pulang lebih awal”
“iya,kan hari ini sekolah lagi jadi tempat penataran. Dan gue udah punya destinasi kita pergi”
“oh ya,gue harap jam 10 kita udah selesai pembelajaran”
“gue harap juga gitu. Nah kita udah nyampe,gue mau ke kantin dulu”
“oh hmm iya,thanks ya tumpangannya. Ya udah gue ke kelas duluan”
“iya,nanti gue tunggu di sini kalo bener mau maen”
“ok deh..”
Vio dan Marcell memisahkan diri,Vio melangkah menuju kelas dengan terburu-buru. Sambil tengok kanan kiri,Vio berjalan menuju kelasnya dan tiba-tiba ia menabrak seorang siswi.
“aduh maaf maaf,kamu gak apa-apa kan”
“gak kok Vi,tadi berangkat sama si Ino..??” tanya Calista
“enggak,gue berangkat naik angkot”
“hmm lo mau ke kelas..??”
“iya Ca,lo dateng sama Nathan..??”
“iya,dia tadi jemput gue. Eh tugas yang kemarin dikasih udah selesai lo..??” sembari melanjutkan perjalanan menuju kelas
“belom,hari ini ada pelajaran apa aja sih..??”
“Cuma ngumpulin tugas aja sih,kita gak belajar apa-apa”
“hmm kalo gitu kita balik cepet dong”
“so pasti,eh iya. Lo dapet salam lho dari Michael”
“Michael..??” ucap Vio mengernyitkan dahi
“iya Michael,kapten basket ketua OSIS. Pasti lo tau deh”
“iya tau,tapi ada apaan dia nitip salam buat gue”
“ya gak tau,yang pasti dia tadi nitip salam buat lo” ucap Calista sembari duduk di kursinya
“oh ya udah,thanks deh” jawab Vio tersenyum terpaksa
                Tak terasa sudah pukul 10:00,sesuai janji. Vio dan Marcell akan pergi entah kemana,tapi yang pasti mereka akan melepas kepenatan mereka dengan pelajaran. Marcell sudah berdiri disamping mobil Mazdanya,Vio tersenyum manis menghampiri Marcell.
“sorry ya lama. Kita jadi nih main..??”
“ya jadi lah,kan lo yang tadi ngajak”
“ya udah,kita mau kemana”
“udah ayo masuk,nanti lo juga tau kita mau kemana”
Marcell dan Vio pergi ke tempat yang mereka tuju,selama perjalanan Vio hanya terdiam memandangi jalanan ibukota yang selalu macet. Satu jam kemudian mereka telah sampai di tempat yang dituju.
“nah kita sampe. Lo mau ganti baju dulu gak..??” ucap Marcell
“hmm festival ya,maul ah. Kebetulan gue bawa baju ganti”
“ya udah,ke toilet sana. Gue tunggu disitu ya” ucap Marcell sembari menunjuk sebuah stand penjual bunga
“ok.. bentar ya”
Vio pergi ke toilet,sedangkan Marcell pergi ke stand penjual bunga. Sebenarnya Marcell ingin memberikan bunga untuk Vio,tapi dengan alasan apa dia memberi bunga itu. Vio sudah selesai berganti pakaian,sekarang mereka berdua terlihat santai.
“jadi kita mau lihat apa dulu di festival ini..??”
“terserah sih,gue ngikut aja. Eh tapi gue mau makan dulu nih,laper”
“yeee lo mah,ya udah iya. Kita makan dulu,pilih tempat yang bener”
“hmm makan itu aja,enak lho”
“ah sok tau lho”
“yee serius,dah yuk kesana” ajak Vio sembari menggandeng tangan Marcell
Marcell terdiam,ada perasaan aneh dalam dirinya saat Vio menggandeng tangannya. Entahlah,yang pasti Marcell bahagia bisa menghabiskan waktu bersama Vio.
                Mereka sampai disalah satu stand makanan,Vio langsung duduk di pojokan stand yang memang terbuka. Apa lagi saat ada parade yang lewat di dekat stand,Vio tak hentinya memotret mereka. Pelayan datang memberika menu yang tersedia.
“Vio,lo mau mesen apa..??”
“apa ya.. okonomiyaki,ebi furai,minumnya ocha hijau”
“saya sushi,gyoza sama minumnya ocha”
“baik,silahkan menunggu”
Saat pelayan telah kembali ke tempatnya,Vio asyik dengan kamera yang Marcell berikan kepada Vio.
“seru kan disini Vi..??”
“eh hmm. Iya seru banget,rame banyak acaranya”
“stand makanan disini banyak lho,jadi lo gak usah khawatir kelaperan”
“hahahaha,gak usah begitu Cell. Tapi ada acara festival begini tau dari mana lo..??”
“gue searching kemaren waktu ngerjain tugas dari bu Amel”
“oh gitu,thanks ya udah ngajak gue kesini. Serius gue gak duga diajak ke tempat begini sama lo,gue fikir lo bakal ngajak gue dugem”
“dugem siang bolong gini,ah payah lo”
“maaf lama menunggu,ini pesanannya” ucap pelayan sembari meletakkan makanan pesanan mereka
“selamat menikmati” ucapnya lagi lalu pergi
“heh ayo makan,foto-foto mulu. Kamera gue bisa rusak buat foto lo mulu”
“yeee pelit banget,kok lo makan banyak banget”
“gue juga laper Vi,dah ayo kita makan”
Vio dan Marcell mulai makan,ada atmosfer yang berbeda diantara mereka berdua.
“enak gak Vi makanannya..??”
“hmm..??”
Marcell tertawa melihat ada bekas saus di sudut bibir Vio,Vio yang tidak menyadari ada saus di sudut bibir hanya cemberut mengetahui Marcell menertawakannya. Tiba-tiba Marcell mengambil tissue dan mengusap sudut bibir Vio yang terdapat saus,Vio hanya tersenyum tersipu malu mengetahui hal tersebut.
“habis ini kita kemana..??”
“terserah deh”

Setelah selesai makan dan membayar semuanya,mereka kembali melanjutkan keliling melihat festival tersebut. Marcell tanpa sadar menggandeng tangan Vio ditengah keramaian,Vio yang mengetahui hal itu hanya tersenyum sendiri.

Selasa, 03 Juni 2014

5 Pewarna Rambut Alami Bagi Yang Alergi Kimia

1.
Cokelat gelap

Kalau Anda ingin warna rambut kecoklatan, Anda bisa memanfaatkan ramuan dari kopi dan teh hitam untuk mendapatkannya.

Seduhlah kopi dan teh hitam di tempat yang berbeda, kira-kira satu gelas besar. Tetapi Anda bisa menyesuaikan sendiri takarannya dengan panjang dan ketebalan rambut Anda. Pastikan untuk membuat seduhan yang kental dengan warna pekat. Kemudian campurkan air seduhan teh dan kopi tadi menjadi satu dan biarkan mendingin. Tuangkan ramuan tersebut ke rambut perlahan-lahan. Jangan sampai mengenai baju Anda. Remas-remas sedikit, kemudian tutupi dengan shower cap dan biarkan selama setengah jam. Kemudian bilas.



Ulangi proses ini seminggu dua kali sampai Anda mendapatkan hasil yang diinginkan.




2. 
Cokelat muda
  

 -Teh Chamomile dan lemon
Teh chamomile dan lemon biasanya digunakan oleh orang barat untuk mewarnai rambut cokelat menjadi pirang. Tetapi dengan warna alami rambut Asia yang cenderung hitam, hasil yang didapat tidak akan maksimal. Tetapi Anda bisa mencobanya jika menginginkan warna rambut dengan sentuhan cokelat muda yang cantik.
 
Cara membuat ramuannya, Anda tinggal mencampurkan seduhan teh chamomile kental dan secangkir air perasan lemon. Tuangkan ke rambut, remas-remas perlahan, dan biarkan rambut dalam keadaan terbungkus shower cap selama setengah jam. Ulangi prosedur ini 2 sampai 3 kali seminggu sampai Anda mendapatkan warna cokelat muda yang diinginkan.

-Kayu manis dan cengkeh
Kedua bahan ini juga bisa dijadikan pewarna rambut alami. Baik cengkeh maupun kayu manis bisa mencerahkan warna batang rambut Anda hingga menjadi cokelat muda yang cantik.
Untuk membuat campuran pewarna cokelat muda, Anda bisa mencampurkan setengah cangkir sampai secangkir bubuk kayu manis dan bubuk cengkeh (tergantung panjang dan ketebalan rambut). Tambahkan air secangkir penuh. Kemudian aplikasikan ke rambut dengan cara yang sama seperti ramuan chamomile dan lemon tadi.

Ulangi proses ini dua sampai tiga kali sehari untuk hasil yang maksimal.

3. 
Merah

Untuk mendapatkan warna merah alami, Anda bisa memanfaatkan bahan-bahan yang memiliki warna merah alami seperti kelopak bunga sepatu, mawar, bit, dan paprika. Tetapi untuk paprika, karena mengandung sedikit capsaicim yang memberikan rasa pedas, pastikan agar ramuan tersebut tidak sampai menyentuh kulit.

-Bunga sepatu dan mawar
Bahan-bahan untuk membuat pewarna rambut dengan warna merah gelap adalah segenggam kelopak bunga sepatu merah dan segenggam kelopak mawar merah. Tumbuk hingga halus dan tambahkan sedikit air. Aplikasikan ke rambut seperti ramuan-ramuan sebelumnya. Untuk campuran pewarna ini, semakin lama Anda mendiamkannya sebelum dibilas, akan semakin maksimal hasilnya. 

Ulangi proses tersebut 2 sampai 3 kali seminggu agar warna merah yang didapatkan lebih bagus. Tah hanya memberikan warna merah yang alami, campuran ini juga bisa memberikan kilau yang cantik pada rambut.

-Bit dan paprika
Campuran dari bit dan paprika bisa memberikan warna merah yang lebih terang dibandingkan campuran bunga sepatu dan mawar. Anda tinggal menyiapkan secangkir bubuk paprika dan secangkir bubuk beetroot. Tambahkan sedikit air dan aduk merata hingga menjadi campuran berwarna merah kental.

Setelah itu aplikasikan di rambut Anda seperti sebelumnya. Ulangi proses ini dua sampai tiga kali dalam seminggu untuk hasil yang lebih maksimal.

4. 
Hitam

-Walnut hitam
Biji kacang walnut hitam bisa memberikan warna hitam legam yang berkilau bagi rambut Anda. Siapkan saja setengah cangkir bubuk walnut hitam. Bungkus dalam secarik kain yang cukup tebal, kemudian seduh dalam air hangat seukuran 3 cangkir. Seduh semalaman hingga Anda mendapatkan ramuan berwarna hitam pekat keesokan harinya. Aplikasikan ke helai rambut. Ulangi? metode ini dua atau tiga kali seminggu untuk mendapatkan warna hitam yang maksimal.

-Urang-aring
Bahan herbal yang satu ini sudah lama dimanfaatkan oleh orang Indonesia untuk menjadikan rambut lebih hitam dan sehat. Daripada memakai shampo berbahan urang-aring, Anda bisa membuat campuran sendiri yang jauh lebih alami dan efektif. Caranya tumbuk segenggam daun urang-aring hingga menjadi cairan kental berwarna hitam pekat. Setelah itu oleskan di rambut yang sudah dicuci bersih dan dikeringkan. Ulangi proses ini setiap Anda selesai mencuci rambut untuk menjaga warna hitam pekatnya.

5. 
Pirang

Untuk mendapatkan warna pirang gelap, Anda bisa mewarnai rambut dengan kunyit. Warna kuningnya yang tajam akan melapisi rambut Anda dan menghasilkan warna pirang gelap yang alami. Siapkan seperempat cangkir kunyit parutan kunyit, kemudian tuangi air hangat dan peras-peras hingga Anda mendapatkan secangkir larutan kunyit pekat. Masukkan larutan kunyit ke dalam botol spray, kemudian semprotkan hingga merata ke batang rambut. Remas-remas perlahan dan diamkan hingga rambut mengering. Jika rambut sudah kering, bilas hingga bersih. Ulangi proses ini setiap dua hari sekali.



Itulah lima pewarna dari bahan alami yang aman untuk Anda gunakan. Selamat mencoba.